0

Alangkah geramnya Pak Tani mendapati cangkul miliknya raib dari gudang, padahal pagi itu dia akan pergi ke sawah, karena sudah tiba waktunya bertanam.
“Tak diragukan lagi, pasti Pak Beruk yang mencuri cangkulku! Dia memang iri pada kita,”ungkap Pak Tani berapi-api pada istrinya.
Tak sanggup menahan kekecewaan, Pak Tani mulai pasang muka masam pada tetangganya itu.
Pak Beruk pun jadi salah tingkah. Dia mencoba menyapa, tapi Pak Tani berpaling muka. Tidak ada sapaan balasan yang menyenangkan hati.
“Sapaannya itu bertujuan mengejek. Saya tahu itu,” ujar Pak Tani.
Setelah setiap salamnya tak dipedulikan pak Tani, Pak Beruk mulai memberikan senyuman, Tapi Pak Tani malah melengos saja.
“Dia sengaja mencibir saya yang tak bisa lagi ke sawah,” alasan Pak Tani.
Tak tahu lagi harus bagaimana, Pak Beruk memilih diam saja. Dia pikir Pak Tani butuh waktu menenangkan diri. Jadi, mendiamkan mungkin pilihan terbaik.
Namun, malah diartikan lain oleh Pak Tani ,
“Tuh, dia diam-diam saja. Itu pertanda benar dia pelakunya. Tak salah lagi! orang jahat memang jadi serbasalah.”
Kalap karena ditelan badai prasangka, Pak Tani melakukan tindakan ceroboh. Diam-diam dia meracuni rebuk (monyet pemanjat kelapa) milik pak Beruk tetangganya itu.
Pagi harinya, dari rumah sebelah terdengar teriakan histeris dan tangisan keras.
Pak Beruk sekeluarga bertangisan melihat beruk andalan mereka untuk mencari nafkah telah terbujur kaku.
Padahal Pak Beruk tak punya sawah ladang atau keterampilan selain memetik kelapa dengan bantuan si Beruk monyet kesayangannya, masa depan keluarganya tengah terancam.
Sementara itu, Pak Tani malah terhibur dan tersenyum,
“Syukurin! Rasain sakitnya dianiaya tetangga!” Sambil terkekeh kekeh dia mulai merapikan tumpukan jerami di samping rumahnya.
Tapi... Aduh! Ternyata dia justru mendapatkan cangkulnya di sana.
--------------------
“Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah oleh kalian kebanyakan prasangka, (karena) sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa.”(QS. al-Hujurat:12)

Post a Comment

 
Top